Selasa, 14 April 2015

[Resensi Novel] Misteri Buku Harian Johanna




Judul : Misteri Buku Harian Johanna

Pengarang : Aulia Hazuki


Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Tahun Terbit : 2014


ISBN : 978-602-03-0951-4


Dharma dan kawan-kawan berencana menghabiskan liburan semester di vila kakeknya. Mereka tidak tahu bahwa vila kakek Dharma yang dulu ditempati keluarga Belanda itu menyimpan banyak misteri. Sampai akhirnya Lutfie menemukan diary Johanna yang menjadi awal petualangan panjang mereka.


Demi misi menuntaskan penasaran tentang isi diary Johanna, Dharma dan kawan-kawan bertualang menelusuri seluk beluk vila. Mereka menemukan beberapa ruang rahasia, sampai akhirnya terjebak di dalam ruang bawah tanah bersama kerangka Johannya.


Lalu, bagaimana mereka bisa lolos? Dan kenapa Pak Zul, si Tukang Kebun, menginginkan kematian Dharma dan kawan-kawan di vila itu?


***



Buku ini cocok banget dibaca sama pecinta teenlit yang lagi bosan dengan tema romance. Sesuai blurb di belakang bukunya, kasus yang diceritakan tentang keluarga Belanda itu terasa dikupas tuntas.

Berawal dari sekelompok remaja-- Dharma, Lutfie, Dika, Riris, Ullie, Uzzie-- yang akan menghabiskan liburan mereka di vila kakek Dharma.

Semua tampak biasa-biasa saja sampai akhirnya Lutfie menemukan buku harian milik Johannya-- pemilik rumah itu sebelum Kakek Dharma-- dan membaca isi-isinya.

Belum lagi ketidak sengajaan demi ketidak sengajaan yang mereka berenam temui khususnya di ruang perpustakaan, membuat liburan yang awalnya menyenangkan, berubah menjadi penuh teka teki.




Seakan mendapat bantuan, mereka menelusuri seluk beluk vila tua itu dengan jurnal milik kakek Dharma sebagai pedoman. Siapa sangka, vila itu dipenuhi berbagai ruang rahasia dan misteri yang menanti di dalamnya.

Ini salah satu yang unik. Suasana vila diceritakan secara mendetail, membuat kita bisa membayangkan betapa hebat Johann-- arsitek perancang rumah sekaligus suami Johanna. Setiap jalan menuju ruang rahasia dijelaskan secara rinci. Sehingga kita dapat dengan mudah membayangkan keunikannya. Mulai dari lubang di meja kerja kakek Dharma, sampai lorong di balik lukisan.

Berbekal rasa penasaran dan keingin tahuan yang besar, para remaja tersebut menelusuri setiap seluk beluk rumah ini, membongkar setiap rahasia yang tersimpan di dalamnya, membuat seseorang tidak senang dengan sikap mereka.

Soal seseorang yang tidak senang pada mereka, mungkin sebaiknya tidak usah sebut nama dibagian blurb. Cerita menjadi lebih penuh teka teki karena mereka berenam sendiri baru mengetahui orang itu Pak Zul adalah diakhir bab 14.




Oiya, kenapa daritadi aku sebut 'mereka' dan bukannya sebut nama tokoh saja?

Ya itu karena Dharma, Lutfie, Dika, Riris, Ullie, Uzzie memang selalu bekerja berkelompok. Cara penyajian ini tentunya terdapat kelebihan dan kekurangannya.

Tokoh disini terlihat sama rata. Tidak ada yang lebih menonjol atau kekurangan scene. Dengan begini, penokohannya terasa kurang. Watak masing-masing tokoh yang diceritakan dibab awal rasanya kurang dibahas secara mendalam, membuat kita lebih susah berimajinasi dan mengeksplor sosok mereka.

Namun, dengan tidak terfokuskan pada penokohan atau segala emosi yang dirasakan para tokoh, memberi kesan buku ini memang menitik pusatkan pada kasus yang akan dipecahkan. Selain itu, para tokoh jadi terlihat kompak dan saling melengkapi satu sama lain.



Sesuai apa yang sudah dijelaskan diatas, kasusnya memang terasa mencekam tanpa perlu kehadiran arwah arwah Johann-Johanna beserta anak-anak mereka. Hanya dengan sedikit petunjuk juga keunikan vila yang kusebut sebut daritadi membuat kita penasaran dan tidak berhenti membalik halaman berikutnya tanpa diselingi adegan 'menye menye' para tokoh

Bab yang paling kusuka jelas adalah bab-bab terakhir, terutama saat jalan rahasia terakhir dibuka. Tentang ruangan yang menyimpan sisi lain dari segala kekelaman sejarah vila itu.

Diluar segala peristiwa bunuh membunuh, atau saling menyakiti dan membohongi antar anggotanya, mereka adalah keluarga yang bahagia.

Buku ini dapat menyampaikan secara gamblang, kesimpulan dari kasus yang mereka hadapi. Seburuk buruknya orang, sekejam kejamnya orang, kita pasti akan menemukan sisi tak terduganya.

Lupakan tentang segala kebencian, atau ajang saling menyakiti satu sama lain. Karena pada dasarnya. Deep deep down, keluarga selalu jadi yang paling utama. Bukan karena mau menunjukannya sisi lemahnya atau mengharap belas kasihan dan bebas dari tuduhan, keluarga tetap selalu menjadi sesuatu yang patut diperjuangkan.



Terima kasih telah mengungkap kisah keluarga Johann, Kak. Karena pada akhirnya, aku bisa menutup lembaran terakhir dengan senyuman.

"Tapi aku tahu, ada penyesalan  yang teramat dalam di lubuk hatinya. Rasa penyelasan yang begitu menghujam hatinya. Ruang yang kutemukan membuktikan, di dalam hatinya dalam sosok yang pernah melakukan  pembunuhan berkali-kali, tersimpan hati yang sebenarnya sangat mencintai keluarganya. Sosok yang keras itu, di dalam hatinya adalah sosok yang penuh kasih.

Seandainya saja dia bisa memahami..."

Resensi ini kuakhiri.
Sekian dan terima kasih.
Wasalam :)












Tidak ada komentar:

Posting Komentar