Jumat, 13 Mei 2016

[Resensi Novel] Dear Nathan


Judul : Dear Nathan
Penerbit : Best Media
Tahun terbit : Maret 2016
ISBN : 6026940146 (ISBN13: 9786026940148)

Berawal dari keterlambatan mengikuti upacara pertama di sekolah baru, Salma Alvira bertemu dengan seorang cowok yang membantunya menelusup lewat gerbang samping. Selidik punya selidik, cowok itu ternyata bernama Nathan; murid nakal yang sering jadi bahan gosip anak satu sekolah. Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi, yang justru menghantarkan Salma untuk menjadi kian lebih dekat dengan Nathan. Dua kepribadian yang saling bertolak belakang, seperti langit dan bumi; yang tidak bisa bersatu tapi saling melengkapi. Novel ini mengisahkan tentang masa indah putih abu-abu, persahabatan, pelajaran kehidupan, dan pentingnya untuk selalu menghargai perasaan.

***

Well, saya pengguna akun Wattpad sejak 2014 dan tidak begitu mengikuti progres perkembangan cerita ini. Dear Nathan selalu muncul di bagian recomanded Teen-Fiction dengan jutaan pembaca.
Dari fenomena itu, tidak heran kalau Dear Nathan langsung masuk jajaran Best Seller hanya dalam waktu singkat. Dear Nathan sudah memiliki 'pasar' tersendiri dari kalangan pembaca Wattpad.

Teman-teman di sekolah saya ramai membicarakannya, dan, oke. Saya tertarik membeli nya dengan ekspektasi tinggi. PO bukunya pun langsung laris hanya dalam waktu beberapa hari membuat saya ikutan bertanya, apasih menariknya?

                                       

Sesuai judulnya, seluruh kisah di buku ini memang terpusat pada seorang Nathan si anak bandel yang takluk pada gadis bernama Salma. Kemunclan Salma si anak baru inilah awal dari segala konflik.
Konflik batin, percintaan, bahkan keluarga, yang dikupas secara tuntas.

Pertama-tama, mari kita berikan apresiasi pada penulisnya yang sanggup menyelesaikan naskah setebal 520 halaman. Kerja keras Kak Erisca dalam menyelesaikan cerita ini patut diacungi jempol.

Saya tidak mau membicarakan tentang segala tuduhan bahwa Dear Nathan 'mirip' cerita dari beberapa novel yang ramai diperbincangkan. Kak Erisca memang memiliki caranya sendiri untuk mengisahkan kehidupan Nathan dan kawan-kawan. 

Yang membuat saya kecewa setelah membaca habis isi bukunya adalah gaya bahasa, cara penulisan, atau apapun itu yang membuat saya berpikir 'Bukunya diedit dulu, enggak, sih?' atau Kak Erisca memang menyerahkan naskah ini mentah-mentah tanpa melakukan self-editing?

Mengedit naskah setebal 520 halaman jelas bukan pekerjaan yang mudah bagi seorang editor. Saya sampai bertanya-tanya apa karena buku sudah dibaca berjuta-juta orang di Wattpad buku ini sudah pasti bagus? Sudah pasti layak baca? Sudah pasti nyaman dinikmati? Sudah tidak perlu diedit lagi?

Penggunaan tanda baca berantakan dimana-mana. Masih ditemukannya kesalahan penyebutan nama. Penggunaan gaya bahasa pun terlihat kurang konsisten. Nathan menyebut dirinya saya-kamu pada Salma. Namun, ada kalanya Nathan menggunakan gue-elo pada Salma, saya bahkan menemukan penggunaan aku-kamu yang Nathan ucapkan pada Salma.

Gaya bahasanya timpang tindih. Beberapa dialog dan narasi menggunakan bahasa sehari-hari, dan banyak juga yang menggunakan bahasa baku. 
Apalagi saat Nathan berbicara, saya kurang nyaman membacanya. Contohnya seperti ini :

"... Hati cowok bukan baja, Sal. Hati cowok juga bisa retak karena terlalu lama menunggu senja, dan selamat, kamu udah berhasil ngeretakin hati itu."
                                           

                                        

Yang paling mengganggu adalah kata asing dan adegan flasback yang tidak menggunakan huruf bercetak miring. Itu membuat saya gemas saat membacanya. Saya tidak tahu, apakah di cetakan selanjutnya semua kesalahan itu sudah diganti? Kalau belum, tolong deh, ya. Ini buku Best Seller yang kualitasnya harus benar-benar dijaga. 

Dan semua kekurangan itu membuat saya bosan membaca. Baru sampai di pertengahan halaman, saya sudah ingin cepat-cepat menyelesaikannya. Faktor lain adalah karena tokohnya kebanyakan dan penokohannya kurang dalam. Karakter yang benar-benar terbentuk di buku ini hanya Nathan. 

Bahkan Salma, si peran utama kedua pun terasa tidak loveable . Ia berteman dengan geng tukang gosip, kegemarannya baca novel, namun dari sikapnya dia malah terlihat garing dan terlalu kaku.

Saya rasa, buku setebal ini sayang sekali kalau hanya berpusat pada Nathan. Ada banyak karakter yang seharusnya dibuat sama unggul, ya seperti Salma yang jatuhnya gagal dan bikin geregetan. Lalu ada Seli, yang karakternya nanggung. Setengah-setengah dibuat bitchy dan setengah nya lagi dibuat lemah lembut penuh kasih sayang. Saya jadi bingung harus membayangkan sosoknya seperti apa.

                                         

Narasinya terlalu bertele-tele dan sekali lagi, membuat saya bosan. Pendeskripsiannya bisa dibuat lebih sederhana tanpa mengurangi kualitas kepenulisan. Dan banyak sekali adegan yang malah membuat saya 'apaan sih?' saking banyaknya konflik di buku ini.

Yap, satu-satunya yang saya nikmati di buku ini adalah dialog Nathan atau Salma dengan teman-temannya yang lumayan menghibur. Khas anak remaja masa kini. Kebimbangan hati para tokoh, kegalauan mereka, memang sangat relevan dengan situasi anak muda di Indonesia. Yang saya rasakan dari hubungan Salma dan Nathan justru hambar. Saya kurang mendapat feel dari keduanya. 

Saya tidak tahu apa yang membuat banyak orang baper saat membaca buku ini. Mungkin adegan Nathan dan keluarganya. Yah, dimana-mana kalau sudah bercerita mengenai keluarga, apalagi orangtua, adegannya selalu terasa mengharukan.

Saya menggolongkan ini sebagai bacaan ringan yang cocok untuk para anak remaja, atau kalian yang ingin mengenang masa remaja. Namun tidak ada yang 'ringan' untuk 520 halaman. Terlalu berlebihan dengan ending yang kurang memuaskan. Yah, cerita seperti ini memang mainstream sekali untuk kembali dikisahkan. Namun untuk 520 halamannya, untuk 9,5 juta pembaca Wattpad nya, untuk 99.000 yang dikeluarkan untuk membeli buku ini, saya mengharap ending yang di eksekusi secara WOW. 

Saya memasang ekspektasi terlalu tinggi dan menganggap bahwa buku ini terlalu 'biasa-biasa saja' untuk dijadikan Best Seller. Membuat lagi-lagi saya bertanya, buku ini heboh dibicarakan karena isi atau sekedar sensasi? Atau seperti yang teman-teman di grup Novel Addict katakan, bukunya heboh gara-gara kualitas atau popularitas?

                                        
"Konsep dualitas; Tuhan menimpakan kesedihan, dan setelahnya dibalas dengan kebahagiaan. Dari seluruh usaha sebenarnya manusia hanya membutuhkan satu jawaban, yaitu... bersabar." 
- Dear Nathan -- Hal. 518

Dua dari lima bintang.
Tadinya mau satu, tapi satunya lagi untuk kerja keras menulis 520 halaman.
Untuk Kak Erisca, tetap berkarya dan buktikan bahwa kualitas kepenulisan kakak layak masuk jajaran  Best Seller. Tetap rendah hati dan jangan sungkan menerima kritikan.

Mohon maaf jika ada salah kata. Silahkan berkomentar jika dirasa ada yang kurang berkenan dari review kali ini.
Sekian dan terima kasih.
Wassalam.