Sabtu, 09 Juli 2016

[Resensi Novel] Keluarga Tak Kasat Mata

Judul : Keluarga Tak Kasat Mata
Penulis : Bonaventura Genta
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2016
ISBN : 978-979-780-803-7


Genta seorang cowok yang bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan di Yogya. Suatu hari, perusahaannya pindah ke gedung baru. Di sanalah Genta mengalami banyak hal di luar nalar. Bukan hanya dia, melainkan semua yang bekerja di sana pernah mengalami hal yang sama.

Gangguan-gangguan yang berasal dari 'mereka' membuat Genta dan kawan-kawan selalu memasang sikap waspada, adrenalin tak pernah berhenti selama mereka semua berada di dalam kantor. Munculnya sosok-sosok tak biasa ini membuat para pekerja mulai terbiasa akan kehadiran 'keluarga' lain yang menempati gedung itu.

Teror itu tak pernah berhenti. 'Mereka' selalu menunjukkan eksistensinya. Menebar kejahilan dimana-mana. Tak hanya di kantor, dalam perjalanan pulang pun Genta sering mengalami kejadian-kejadian yang tak masuk di nalar.

Namun, berkat semua keganjilan yang menimpanya, Genta mendapat kesempatan untuk menyelami lebih dalam dunia 'mereka'. Menyingkap tabir tentang masa lalu 'mereka'. Memutar waktu, untuk mendapatkan akhir kisah yang kita baca. Bertemu orang-orang yang tak pernah ia sangka untuk mengungkap sebuah kebenaran, dan menjadi jembatan penghubung lewat kisah yang ia ceritakan.

        

Well, tak banyak yang berubah dengan versi yang dibaca banyak orang di Kaskus. Saya kagum bagaimana sang editor merapikan isi naskah ini. Ada beberapa bagian yang membuat saya bertanya-tanya saat membaca KTKM di Kaskus. Namun dalam bentuk novel, bagian-bagian itu sudah tersusun secara rapi, dan mudah dipahami.

Saya suka gaya bahasa nya yang ringan, namun tak mengurangi efek mengerikan yang ditimbulkan. Penjabaran setiap adegan, penggambaran tempat kejadian, dan 'penampakan-penampakan' mereka diceritakan dengan jelas membuat kita lebih mudah berimajinasi membayangkan betapa menegangkannya peristiwa-peristiwa ini. Singkat dan tak berbelit-belit.

Sejujurnya, saya kaget mendapati novel ini tak lebih dari 120 halaman. Saya pikir, masih banyak cerita dan pengalaman yang harusnya bisa dibagi di novel ini. Tapi  mungkin begini lebih baik. Ada beberapa kisah yang memang seharusnya dibiarkan untuk tetap menjadi misteri.

        

Masih ada beberapa typo dan salah penyebutan nama di novel ini. Namun semuanya tak menganggu jalan cerita dan mungkin akan direvisi pada cetakan berikutnya.

Bagian-bagian menuju ending memang terasa sulit dicerna akal manusia, rumit untuk bisa membayangkan situasi cerita dan sedikit meragukan label 'kisah nyata' di bagian depan cover buku. Tapi, percaya atau tidak percaya itu urusan setiap pembaca. Yang jelas, Genta sudah menyampaikan apa yang harus disampaikan lewat buku ini.

Banyak pelajaran hidup yang dapat kita ambil. Cerita misteri tak selamanya berisi hantu. Keluarga Tak Kasat Mata terasa segar sebagai bacaan misteri. Saya sendiri percaya, bahwa kita sebagai manusia harus bisa menjaga sopan santun dan tidak mengusik hidup 'mereka' terlalu jauh. Menjaga segala perkataan dan perbuatan yang dapat menyinggung sesama manusia atau bahkan 'mereka'.

Cerita ini ditutup dengan sangat rapi. Dengan pesan moral yang masuk ke hati.

       

Sekali lagi, saya percaya bahwa di dunia ini kita tak hidup sendiri.
Entah kebetulan atau bukan, ada beberapa kejadian 'konyol' yang saya alami saat membaca cerita ini di Kaskus, sebelum memutuskan untuk mengikuti pre order, dan saat membaca novel nya :)
Eh iya. Kampung saya di Jogja... Sedikit banyak saya mengerti... Nenek saya masih  memegang teguh adat Jawa... Saya--Eh...
Sepertinya review ini harus segera diakhiri.
Wassalam.



"Perkenalkan nama saya Ibu Suminah. Saat membaca pesan ini, saya yakin akan ada banyak sosok-sosok yang muncul dari sana di sekitar kalian. Atas persetujuan Langgeng, akan saya ajak kalian melintasi ruang dan waktu untuk melihat apa yang pernah terjadi dengan diri saya, salah satu anggota keluarga tak kasat mata."


Jumat, 13 Mei 2016

[Resensi Novel] Dear Nathan


Judul : Dear Nathan
Penerbit : Best Media
Tahun terbit : Maret 2016
ISBN : 6026940146 (ISBN13: 9786026940148)

Berawal dari keterlambatan mengikuti upacara pertama di sekolah baru, Salma Alvira bertemu dengan seorang cowok yang membantunya menelusup lewat gerbang samping. Selidik punya selidik, cowok itu ternyata bernama Nathan; murid nakal yang sering jadi bahan gosip anak satu sekolah. Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi, yang justru menghantarkan Salma untuk menjadi kian lebih dekat dengan Nathan. Dua kepribadian yang saling bertolak belakang, seperti langit dan bumi; yang tidak bisa bersatu tapi saling melengkapi. Novel ini mengisahkan tentang masa indah putih abu-abu, persahabatan, pelajaran kehidupan, dan pentingnya untuk selalu menghargai perasaan.

***

Well, saya pengguna akun Wattpad sejak 2014 dan tidak begitu mengikuti progres perkembangan cerita ini. Dear Nathan selalu muncul di bagian recomanded Teen-Fiction dengan jutaan pembaca.
Dari fenomena itu, tidak heran kalau Dear Nathan langsung masuk jajaran Best Seller hanya dalam waktu singkat. Dear Nathan sudah memiliki 'pasar' tersendiri dari kalangan pembaca Wattpad.

Teman-teman di sekolah saya ramai membicarakannya, dan, oke. Saya tertarik membeli nya dengan ekspektasi tinggi. PO bukunya pun langsung laris hanya dalam waktu beberapa hari membuat saya ikutan bertanya, apasih menariknya?

                                       

Sesuai judulnya, seluruh kisah di buku ini memang terpusat pada seorang Nathan si anak bandel yang takluk pada gadis bernama Salma. Kemunclan Salma si anak baru inilah awal dari segala konflik.
Konflik batin, percintaan, bahkan keluarga, yang dikupas secara tuntas.

Pertama-tama, mari kita berikan apresiasi pada penulisnya yang sanggup menyelesaikan naskah setebal 520 halaman. Kerja keras Kak Erisca dalam menyelesaikan cerita ini patut diacungi jempol.

Saya tidak mau membicarakan tentang segala tuduhan bahwa Dear Nathan 'mirip' cerita dari beberapa novel yang ramai diperbincangkan. Kak Erisca memang memiliki caranya sendiri untuk mengisahkan kehidupan Nathan dan kawan-kawan. 

Yang membuat saya kecewa setelah membaca habis isi bukunya adalah gaya bahasa, cara penulisan, atau apapun itu yang membuat saya berpikir 'Bukunya diedit dulu, enggak, sih?' atau Kak Erisca memang menyerahkan naskah ini mentah-mentah tanpa melakukan self-editing?

Mengedit naskah setebal 520 halaman jelas bukan pekerjaan yang mudah bagi seorang editor. Saya sampai bertanya-tanya apa karena buku sudah dibaca berjuta-juta orang di Wattpad buku ini sudah pasti bagus? Sudah pasti layak baca? Sudah pasti nyaman dinikmati? Sudah tidak perlu diedit lagi?

Penggunaan tanda baca berantakan dimana-mana. Masih ditemukannya kesalahan penyebutan nama. Penggunaan gaya bahasa pun terlihat kurang konsisten. Nathan menyebut dirinya saya-kamu pada Salma. Namun, ada kalanya Nathan menggunakan gue-elo pada Salma, saya bahkan menemukan penggunaan aku-kamu yang Nathan ucapkan pada Salma.

Gaya bahasanya timpang tindih. Beberapa dialog dan narasi menggunakan bahasa sehari-hari, dan banyak juga yang menggunakan bahasa baku. 
Apalagi saat Nathan berbicara, saya kurang nyaman membacanya. Contohnya seperti ini :

"... Hati cowok bukan baja, Sal. Hati cowok juga bisa retak karena terlalu lama menunggu senja, dan selamat, kamu udah berhasil ngeretakin hati itu."
                                           

                                        

Yang paling mengganggu adalah kata asing dan adegan flasback yang tidak menggunakan huruf bercetak miring. Itu membuat saya gemas saat membacanya. Saya tidak tahu, apakah di cetakan selanjutnya semua kesalahan itu sudah diganti? Kalau belum, tolong deh, ya. Ini buku Best Seller yang kualitasnya harus benar-benar dijaga. 

Dan semua kekurangan itu membuat saya bosan membaca. Baru sampai di pertengahan halaman, saya sudah ingin cepat-cepat menyelesaikannya. Faktor lain adalah karena tokohnya kebanyakan dan penokohannya kurang dalam. Karakter yang benar-benar terbentuk di buku ini hanya Nathan. 

Bahkan Salma, si peran utama kedua pun terasa tidak loveable . Ia berteman dengan geng tukang gosip, kegemarannya baca novel, namun dari sikapnya dia malah terlihat garing dan terlalu kaku.

Saya rasa, buku setebal ini sayang sekali kalau hanya berpusat pada Nathan. Ada banyak karakter yang seharusnya dibuat sama unggul, ya seperti Salma yang jatuhnya gagal dan bikin geregetan. Lalu ada Seli, yang karakternya nanggung. Setengah-setengah dibuat bitchy dan setengah nya lagi dibuat lemah lembut penuh kasih sayang. Saya jadi bingung harus membayangkan sosoknya seperti apa.

                                         

Narasinya terlalu bertele-tele dan sekali lagi, membuat saya bosan. Pendeskripsiannya bisa dibuat lebih sederhana tanpa mengurangi kualitas kepenulisan. Dan banyak sekali adegan yang malah membuat saya 'apaan sih?' saking banyaknya konflik di buku ini.

Yap, satu-satunya yang saya nikmati di buku ini adalah dialog Nathan atau Salma dengan teman-temannya yang lumayan menghibur. Khas anak remaja masa kini. Kebimbangan hati para tokoh, kegalauan mereka, memang sangat relevan dengan situasi anak muda di Indonesia. Yang saya rasakan dari hubungan Salma dan Nathan justru hambar. Saya kurang mendapat feel dari keduanya. 

Saya tidak tahu apa yang membuat banyak orang baper saat membaca buku ini. Mungkin adegan Nathan dan keluarganya. Yah, dimana-mana kalau sudah bercerita mengenai keluarga, apalagi orangtua, adegannya selalu terasa mengharukan.

Saya menggolongkan ini sebagai bacaan ringan yang cocok untuk para anak remaja, atau kalian yang ingin mengenang masa remaja. Namun tidak ada yang 'ringan' untuk 520 halaman. Terlalu berlebihan dengan ending yang kurang memuaskan. Yah, cerita seperti ini memang mainstream sekali untuk kembali dikisahkan. Namun untuk 520 halamannya, untuk 9,5 juta pembaca Wattpad nya, untuk 99.000 yang dikeluarkan untuk membeli buku ini, saya mengharap ending yang di eksekusi secara WOW. 

Saya memasang ekspektasi terlalu tinggi dan menganggap bahwa buku ini terlalu 'biasa-biasa saja' untuk dijadikan Best Seller. Membuat lagi-lagi saya bertanya, buku ini heboh dibicarakan karena isi atau sekedar sensasi? Atau seperti yang teman-teman di grup Novel Addict katakan, bukunya heboh gara-gara kualitas atau popularitas?

                                        
"Konsep dualitas; Tuhan menimpakan kesedihan, dan setelahnya dibalas dengan kebahagiaan. Dari seluruh usaha sebenarnya manusia hanya membutuhkan satu jawaban, yaitu... bersabar." 
- Dear Nathan -- Hal. 518

Dua dari lima bintang.
Tadinya mau satu, tapi satunya lagi untuk kerja keras menulis 520 halaman.
Untuk Kak Erisca, tetap berkarya dan buktikan bahwa kualitas kepenulisan kakak layak masuk jajaran  Best Seller. Tetap rendah hati dan jangan sungkan menerima kritikan.

Mohon maaf jika ada salah kata. Silahkan berkomentar jika dirasa ada yang kurang berkenan dari review kali ini.
Sekian dan terima kasih.
Wassalam.

Rabu, 16 September 2015

[Resensi Novel] In Between


Judul : In Between

Penulis : Angelique Puspadewi

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 978-602-03-1354-2

Tahun Terbit : 2015

Jumlah halaman : 224 halaman

Bagi Adelita, hanya Alvaro yang bisa membuat dunianya berwarna. Membuatnya jatuh cinta hingga tergila-gila. Tetapi karena pria itu atasannya di kantor, Adelita merasa minder. Mana mungkin Alvaro membalas perasaannya? Akhirnya Adelita malah menjodohkan Alvaro dengan sahabat baiknya, Keyla.

Tetapi ketika Alvaro jadian dengan Keyla, Adelita malah terjebak dilema. Antara bahagia menyaksikan kemesraan dua orang yang dia sayangi dan benci karena tak berdaya menanggung derita patah hati.

Namun, bagaimana jika ternyata Alvaro juga memendam perasaan yang sama terhadap Adelita?


"Membohongi diri sendiri lebih sakit dari cinta tak berbalas."
***
Hal pertama yang saya pikirkan saat melihat cover buku ini tersebar di twitter adalah "Serius, nge pink lagi?" Lalu senyum-senyum sendiri. Setelah puas dengan The Rising Star yang resensinya bisa dilihat disini, saya ingin menyelami lebih jauh tentang gaya kepenulisannya yang nyaman dibaca, mudah dicerna, dan selalu sukses bikin cengiran lebar di bibir.

Baca ini berasa nonton drama-drama romance tentang percintaan antara Bos dan Sekretarisnya. Namun dengan kemasan yang lebih menarik dan konflik batin yang lebih mengena di hati. Di awal cerita, kita sudah disuguhkan dengan segala kesempurnaan Alvaro dan betapa terobsesinya Adelita pada bosnya yang super menawan itu.

Cidaha alias Cinta Dalam Hati itu terus berlanjut sampai suatu hari Keyla, sahabat lama Adelita datang melamar di perusahannya. Keyla, yang juga sama menawannya dengan atasannya, membuat sebuah ide gila muncul di benak Adelita. Sama-sama nyaris sempurna. Sama-sama habis patah hati. Sama-sama single. Kenapa tidak dipersatukan?

Konflik mulai bergulir saat naluri dan pikiran Adelita tak sejalan. Di masa-masa perjodohan itu, terjadi pergolakkan batin padanya, belum lagi datang Pak Edward dan sekretarisnya, Arimbi. Yang rasanya makin memperumit suasana. Membuat Adelita harus berpikir ulang seribu kali sebelum mengambil beberapa keputusan. Bahkan, saat sudah dirasanya itulah pilihan terbaik, hatinya selalu kembali didera bimbang.


Pertama-tama saya ingin membahas kekurangan buku ini. Di halaman-halaman awal, perkenalan tokoh Adelita terkesan bertele-tele dan membosankan untuk dibaca, meski begitu, hal ini menguntungkan disatu sisi, penokohannya menjadi lebih kuat. Malah, Alvaro yang menjadi peran utama kedua kelihatannya kurang matang pendeskripsian karakternya.
Kemudian, ada beberapa typo yang mudah ditemukan namun tak jadi masalah karena tidak terlalu mengganggu proses membaca.
Dan pertama-pertama baca dialog Adelita dan Alvaro pakai aku-kamu tuh, agak aneh, ya. Ah tapi enggak masalah, lama-kalamaan, chapter by chapter malah terkesan manis dan unyu-unyu kalau dibaca :) Itu kan berarti menunjukkan betapa perhatiannya Al pada Adelita.
Di luar itu semua, buku ini menunjukkan ketidak penurunan kualitas menulis Kak Angel.
 Meski memiliki rasa yang berbeda dengan kakak-kakak nya, buku ini tetap bisa menunjukkan jati diri kepenulisan Kak Angel.


Kemudian, yang saya suka dari buku ini selain gaya kepenulisannya yang mudah dicerna, adalah penggambaran tokoh Adelita yang menurut saya adalah seorang cewek super yang sanggup menganggung sakit berkali-kali karena orang yang sama, meski agak-agak ganjil dengan ide perjodohan itu, tapi saya juga sadar, cinta itu buta, dan saking besarnya cinta Adelita pada Alvaro, apa saja akan dilakukannya, sama halnya dengan Alvaro yang menerima perjodohan itu juga agar selalu dekat dengan Adelita, kan?

"Aku mengulum senyum.Setengah bahagia mendengar janjinya. Setengah lagi menangis ditinggalkannya."

Menurutku, puncak pergolakkan batinku itu di bagian Alvaro menyatakan perasannya. Aihh, itu agak-agak pedih, ya.
Karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung, Adelita memilih untuk membohongi perasannya. Demi sahabatnya, dan demi cintanya. Meski ia tahu ia akan menyiksa dirinya, namun pilihan itu tetap diambilnya, dan membuahkan hasil yang manis pada akhirnya.

"Selama ini aku selalu menyukaimu. Tidak, bukan suka, melainkan cinta. Namun aku terlalu pengecut untuk mengakuinya."



Well, paling senang sih bahas soal ending yang bikin saya bertanya-tanya juga dengan kemunculan Mike. Saya rasa, sudut pandang Keyla sangat berguna disini untuk menjawab semua tanya di bab-bab awal. Tentang kedekatannya dengan Alvaro, tentang perasannya, tentang persahabatannya, dan jelas tentang kehadiran Mike.
Lumayan seru juga ya ternyata ngerjain Adelita dengan manas-manasin dan bikin cemburu. Sampai nahan-nahan pipis gitu loohh :D
Saat menutup halaman terakhir buku ini, saya tersenyum puas. Meski sudah dapat membayangkan ending nya sejak awal, namun ternyata eksekusinya lebih dari bayangan awal. Lebih manis, dan lebih menyentuh. Rasanya, saya malah ikut merasakan kelegaan yang Adelita dapatkan. Bagaimana akhirnya cintanya dapat kembali direngkuh, seutuhnya, tanpa hambatan, dan kebohongan.

"Berani mengambil risiko untuk kembali bersama meski sadar hati yang koyak selalu meninggalkan bekas luka."


Dan, eh,
Kak Angel suka banget bikin tokoh yang namanya dari 'A' ya?
Ah, namaku juga dari A, bisa kali lempar satu jodoh dari tokohmu, Kak. Juna gitu misalnya ;))


 Terima kasih telah membaca resensi ini,
Sekian.
Wassalam






















Minggu, 17 Mei 2015

[Resensi Novel] To All The Boys I've Loved Before




Judul: To All the Boys I’ve Loved Before
Penulis: Jenny Han
Genre: Novel Remaja, romance
Cover: Soft cover, 14x20 cm
Halamah: 382 halaman
Terbit:  April 2015
ISBN : 978-602-715-051-5
Harga: Rp. 64.000
Lara Jean menyimpan surat-surat cintanya di sebuah kotak topi pemberian ibunya.
Surat-surat itu bukan surat cinta yang ditujukan untuknya, tapi surat yang ia tulis. Ada satu surat untuk setiap cowok yang pernah  ia cintai—totalnya ada lima pucuk surat. Setiap kali menulis, ia mencurahkan semua perasaannya. Ia menulis seolah-olah mereka tidak akan pernah membacanya karena surat itu memang hanya untuk dirinya sendiri. 
Sampai suatu hari, semua surat-surat rahasianya itu tanpa sengaja terkirimkan—entah oleh siapa.
Saat itu juga, kehidupan cinta Lara Jean yang awalnya biasa-biasa saja menjadi tak terkendali. Kekacauan itu melibatkan melibatkan semua cowok yang pernah ia tulis di surat cintanya—termasuk cinta pertamanya, pacar kakaknya, dan cowok terkeren di sekolah.

***

Pertama tama mau berterimakasih dulu sama @NovelAddict juga @penerbitspring atas hadiah giveaway-nya :* mwaaa

Tahu buku ini duluuu sekali, sebelum diterbitkan spring, Kak Jenny salah satu penulis pernah ngepost di instagram dan aku langsung pengin beli. Yang bikin aku tertarik sama buku ini adalah covernya yang girly sekaliiii. Dan kedua karena sinopsisnya. Itu agak agak mirip denganku sebenarnya.

Kalau Lara Jean lebih keren dengan menulis surat perpisahan surat cinta untuk semua cowok yang pernah disukainya, kalau aku bikin list nama nama cowok yang aku taksir. Dari jaman TK sampe jaman sekarang, dari manusia biasa sampe tokoh kartun dilayar kaca. Yah begitulah masa kecil saya yang dipenuhi dengan segala ke-absurd-an.

Sepertinya pembukaannya sudah panjang sekali dan kita belum masuk ke inti resensi. Oke. Saya memang suka melantur...



Well, sebenarnya buku ini didasari oleh ide yang sangat sederhana. Lara Jean, seperti gadis gadis normal lainnya juga punya cowok cowok yang dulu disukainya. Dia menuliskan surat-surat untuk setiap cowok itu. Surat yang sebenarnya menandakan perasaan yang berhenti tumbuh dihatinya. Setelah selesai, surat itu disimpannya baik-baik di dalam kotak topi pemberian--almarhumah--Ibunya.

Sebenarnya menurutku, cerita benar-benar dimulai bukan saat surat-surat itu terkirim, tapi saat Margot pergi. Serius deh, hubungan keluarga yang dikisahkan disini benar-benar menyentuh. Kepergian Margot--si anak sulung--memang sangat berpengaruh terutama bagi Lara Jean yang ketiban tugas sial jadi kakak tertua dikeluarganya.

Nah, setelah kepergian Margot itu, Lara Jean malah kembali menyadari munculnya perasaan suka pada mantan pacar Kakaknya, Josh. Dan cerita benar-benar bergulir disitu. Kisah percintaan Lara Jean benar-benar terombang-ambing! Keluarganya tanpa Margot juga ikutan terombang ambing!



" You look pretty today. I like you in blue."




Bagaimana kedekatannya dengan Peter berhubungan dengan alasannya menjauhi Josh, dan bagaimana Peter mendekatinya juga menyangku putusnya cowok itu dengan Genevieve--seorang teman lama Lara Jean yang gayanya kayak cabe cabean pinggir jalan tengil banget.


- GENEVIEVE -

                    

Jenny Han mengisahkannya dengan sangat lincah. Meskipun dibagian-bagian akhir cerita terasa dipanjang-panjangkan padahal sedikit lagi sudah menuju akhir, tapi aku benar-benar menikmatinya.
bagaimana progres hubungan Peter K. dan Lara Jean yang terasa murni serta tidak dipaksakan. Maksudnya, adegan unyu-unyu mereka berdua rasanya memang harusnya begitu adanya, tidak terasa dibuat-buat mereka harus dekat dan romantis. Ceritanya sangat mengalir dan bikin kita ikutan senyam senyum setiap adegan Peter-Lara Jean. Sumpah ya, hubungan mereka itu lebih seru dari orang-orang pacaran beneran! 

Peter Kavinsky yang sok kegantengan padahal emang ganteng. Ternyata emang enggak seburuk dengan apa yang orang-orang pikirkan. Cowok ini perhatian banget! Dan omong-omong kayaknya emang punya penyakit STD. Haha.



When you're not paying attention. He Looks at you. To see if you're having a good time."



Aku kurang suka sama sikapnya Lara Jean yang polos-polos-labil-gampang-ditipu sebenernya. Tapi, HEI! ABG ABG masa kini kan emang begitu kerjaannya! Belum pakai galau dipojokan kamar!
Tapi setidaknya Lara Jean sudah cukup membuktikan kegigihannya mengatur keluarga kecilnya tanpa Margot yang bisa memimpinnya lagi.


- LARA JEAN -


Seperti yang sudah kukatakan, adegan kesukaanku jelas saat keluarga Covey berkumpul. Interaksi antar anggota keluarganya membuat warna tersendiri dicerita ini. Kasih sayang antar saudara, juga perpecahan dan solusi menyelesaikannya merupakan bagian paling menarik sebagai bumbu cerita sebenarnya. Dan bukannya masalah surat-surat yang terkirim. Karena ternyata, penyebab surat-surat itu terkirim pun sederhana. Sangat sepele. Sangat sangat tidak gereget pokoknya. Bikin pembaca like... WHAT?? Are you kidding me?? Haha! Karna gitu dong kali?


- MARGOT. LARA JEAN. KITTY."




Dan, soal karakter favorite ku jatuh pada Kitty dan Chris, yeay! 

Disaat semua orang mengagumi Margot yang tegas, dengan segala sifat keibuan plus kepemimpinannya yang besar, aku malah suka Kitty. Kenapa? KENAPA? KENAPAAA? *hos hos*

Bagi yang baca, pasti setuju banget kalo aku bilang si kecil ini adalah bocah yang pantang menyerah. Dari awal sampe akhir cerita, semua orang dikodein supaya dia dibeliin anak anjing. Awww Cutieee.
Kitty juga lumayan bikin iri. Gimana dia mendapatkan seluruh perhatian anggota keluarga, gimana kasih sayang saudari saudarinya, dan. Dan. Dan. Dia disayang semua cogan di novel ini. HAH! Kitty is the luckiest girl in this world!



- KITTY -



Lalu Chris. Well yeah, aku suka orang yang rada-rada frontal gitu. Yang menjalani hidup apa adanya dan tinggal mengikuti arusnya berjalan. Chris adalah orang-paling-enggak-punya-beban yang pernah aku tahu. Chris bener-bener seorang gadis mandiri yang enggak pernah memedulikan komentar orang. Selalu bayangin, kalau ada yang mulai ngejek-ngejek dia, si Chris ini bakal tampar tuh orang sambil teriak teriak GET YOUR LIFE, BITCH! Heheh. Adegan yang lumayan menghibur ternyata.
Tapi disamping itu, Chris ini sebenarnya cuma remaja biasa yang suka gosip sana sini. Bisa dilihat dari kedekatannya dengan Lara Jean, yang kalau kata Gen dua orang yang sama busuknya.
Lara Jean bersahabat dengan cewek unik yang satu ini karena Chris memang pendengar dan pemberi masukan terbaik, kadang kita emang butuh orang jujur di era-era globalisasi saat ini. Dan itu enggak menandakan kalau Lara Jean juga rusak kayak Chris. Sahabat yang hebat tuh ya kayak Chris, udah tau dirinya enggak bener, dan enggak coba-coba ngajak sahabatnya ikutan ke jalan yang sesat *prok prok*


- CHRIS -



Heh, cabe cabean overpede Genevieve, lo kali yang sepupuan sama Chris makanya norma nya anjlok begitu HAHA.



"He looks at you a lot, Lara Jean."



Sejujurnya, yang bikin buku ini spesial juga tak lepas dari footnote nya yang selalu menjelaskan setiap merek yang belum diketahui para remaja Indonesia. Sesuatu yang enggak penting tapi sebenarnya berguna banget untuk menikmati setiap isi cerita. Banyak yang bilang, versi terjemahan lebih kasar dan versi aslinya lebih enjoyable. Yah, nyatanya aku tetap menikmati hingga akhir cerita kok :) Terjemahannya enggak buruk-buruk amat, mudah dimengerti dan enggak menyimpang jauh dari makna aslinya.

Dan soal ending, sebenarnya aku suka kalau dibiarkan menggantung begitu. Tapi kalau akhirnya dibikin sekuel dan mau terbit YA LEBIH SUKA DONG AYYY!
Wah, ini yang harus sabar menuggu-nunggu aksi Lara Jean selanjutnya dalam memperlakukan hatinya, denger- denger John Ambasador Ambrose McClaren bakal muncul lagi! Yak, setelah cuma sekelebat di TATBILB, dia bakal ngambil banyak Scene di P.S I Still Love You
Wah, Om Peter harus rajin rajin berjuang kayaknya dibuku selanjutnya, semangat Om! #TeamPeter




Sempet berencana langsung sabet dari rak toko buku begitu PSISLY sampe ke Indonesia. 
Tapi....
Sebagai anak bangsa yang cinta nusantara, mari bersama-sama hargai sang penerjemah dengan membeli bukunya!
Hei! Sebenernya, lebih milih ikutan Giveaway lagi, sih. Hihi. Dasar munafik.
Maklum, Om, Tante, saya hanya makhluk Tuhan yang memang suka gratisan :p




Daripada masalah buku gratis bakal berbelit-belit, mari kita akhiri resensi ini.
Wasalam

Selasa, 14 April 2015

[Resensi Novel] Misteri Buku Harian Johanna




Judul : Misteri Buku Harian Johanna

Pengarang : Aulia Hazuki


Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Tahun Terbit : 2014


ISBN : 978-602-03-0951-4


Dharma dan kawan-kawan berencana menghabiskan liburan semester di vila kakeknya. Mereka tidak tahu bahwa vila kakek Dharma yang dulu ditempati keluarga Belanda itu menyimpan banyak misteri. Sampai akhirnya Lutfie menemukan diary Johanna yang menjadi awal petualangan panjang mereka.


Demi misi menuntaskan penasaran tentang isi diary Johanna, Dharma dan kawan-kawan bertualang menelusuri seluk beluk vila. Mereka menemukan beberapa ruang rahasia, sampai akhirnya terjebak di dalam ruang bawah tanah bersama kerangka Johannya.


Lalu, bagaimana mereka bisa lolos? Dan kenapa Pak Zul, si Tukang Kebun, menginginkan kematian Dharma dan kawan-kawan di vila itu?


***



Buku ini cocok banget dibaca sama pecinta teenlit yang lagi bosan dengan tema romance. Sesuai blurb di belakang bukunya, kasus yang diceritakan tentang keluarga Belanda itu terasa dikupas tuntas.

Berawal dari sekelompok remaja-- Dharma, Lutfie, Dika, Riris, Ullie, Uzzie-- yang akan menghabiskan liburan mereka di vila kakek Dharma.

Semua tampak biasa-biasa saja sampai akhirnya Lutfie menemukan buku harian milik Johannya-- pemilik rumah itu sebelum Kakek Dharma-- dan membaca isi-isinya.

Belum lagi ketidak sengajaan demi ketidak sengajaan yang mereka berenam temui khususnya di ruang perpustakaan, membuat liburan yang awalnya menyenangkan, berubah menjadi penuh teka teki.




Seakan mendapat bantuan, mereka menelusuri seluk beluk vila tua itu dengan jurnal milik kakek Dharma sebagai pedoman. Siapa sangka, vila itu dipenuhi berbagai ruang rahasia dan misteri yang menanti di dalamnya.

Ini salah satu yang unik. Suasana vila diceritakan secara mendetail, membuat kita bisa membayangkan betapa hebat Johann-- arsitek perancang rumah sekaligus suami Johanna. Setiap jalan menuju ruang rahasia dijelaskan secara rinci. Sehingga kita dapat dengan mudah membayangkan keunikannya. Mulai dari lubang di meja kerja kakek Dharma, sampai lorong di balik lukisan.

Berbekal rasa penasaran dan keingin tahuan yang besar, para remaja tersebut menelusuri setiap seluk beluk rumah ini, membongkar setiap rahasia yang tersimpan di dalamnya, membuat seseorang tidak senang dengan sikap mereka.

Soal seseorang yang tidak senang pada mereka, mungkin sebaiknya tidak usah sebut nama dibagian blurb. Cerita menjadi lebih penuh teka teki karena mereka berenam sendiri baru mengetahui orang itu Pak Zul adalah diakhir bab 14.




Oiya, kenapa daritadi aku sebut 'mereka' dan bukannya sebut nama tokoh saja?

Ya itu karena Dharma, Lutfie, Dika, Riris, Ullie, Uzzie memang selalu bekerja berkelompok. Cara penyajian ini tentunya terdapat kelebihan dan kekurangannya.

Tokoh disini terlihat sama rata. Tidak ada yang lebih menonjol atau kekurangan scene. Dengan begini, penokohannya terasa kurang. Watak masing-masing tokoh yang diceritakan dibab awal rasanya kurang dibahas secara mendalam, membuat kita lebih susah berimajinasi dan mengeksplor sosok mereka.

Namun, dengan tidak terfokuskan pada penokohan atau segala emosi yang dirasakan para tokoh, memberi kesan buku ini memang menitik pusatkan pada kasus yang akan dipecahkan. Selain itu, para tokoh jadi terlihat kompak dan saling melengkapi satu sama lain.



Sesuai apa yang sudah dijelaskan diatas, kasusnya memang terasa mencekam tanpa perlu kehadiran arwah arwah Johann-Johanna beserta anak-anak mereka. Hanya dengan sedikit petunjuk juga keunikan vila yang kusebut sebut daritadi membuat kita penasaran dan tidak berhenti membalik halaman berikutnya tanpa diselingi adegan 'menye menye' para tokoh

Bab yang paling kusuka jelas adalah bab-bab terakhir, terutama saat jalan rahasia terakhir dibuka. Tentang ruangan yang menyimpan sisi lain dari segala kekelaman sejarah vila itu.

Diluar segala peristiwa bunuh membunuh, atau saling menyakiti dan membohongi antar anggotanya, mereka adalah keluarga yang bahagia.

Buku ini dapat menyampaikan secara gamblang, kesimpulan dari kasus yang mereka hadapi. Seburuk buruknya orang, sekejam kejamnya orang, kita pasti akan menemukan sisi tak terduganya.

Lupakan tentang segala kebencian, atau ajang saling menyakiti satu sama lain. Karena pada dasarnya. Deep deep down, keluarga selalu jadi yang paling utama. Bukan karena mau menunjukannya sisi lemahnya atau mengharap belas kasihan dan bebas dari tuduhan, keluarga tetap selalu menjadi sesuatu yang patut diperjuangkan.



Terima kasih telah mengungkap kisah keluarga Johann, Kak. Karena pada akhirnya, aku bisa menutup lembaran terakhir dengan senyuman.

"Tapi aku tahu, ada penyesalan  yang teramat dalam di lubuk hatinya. Rasa penyelasan yang begitu menghujam hatinya. Ruang yang kutemukan membuktikan, di dalam hatinya dalam sosok yang pernah melakukan  pembunuhan berkali-kali, tersimpan hati yang sebenarnya sangat mencintai keluarganya. Sosok yang keras itu, di dalam hatinya adalah sosok yang penuh kasih.

Seandainya saja dia bisa memahami..."

Resensi ini kuakhiri.
Sekian dan terima kasih.
Wasalam :)












Senin, 06 April 2015

[Resensi Novel] The Rising Star




Judul               : The Rising Star
Penulis            : Angelique Puspadewi
Terbit               : 2015
ISBN               : 978-602-03-1385-6
Sebagai artis junior, Alexa diminta terlibat dalam rekayasa untuk menaikkan pamor Juna, artis menyebalkan dan sok ganteng yang sama-sama bernaung di RR Production. Tidak tanggung-tanggung, mereka akan menciptakan skandal. Rumornya Alexa ketahuan hamil dengan Juna padahal dia sudah bertunangan dengan Bara, caleg yang juga butuh pemberitaan sensasional agar semakin dikenal masyarakat. Jika ini berhasil bukan hanya pamor Juna dan Bara yang akan melambung, tapi nama Alexa juga akan bersinar. Mereka bertiga akan menjadi The Rising Star.

Skenario yang dijalankan nyaris sempurna, hingga sandungan kecil mengacaukan semuanya. Setelah hangout sampai teler berat di pub dan terbangun di kamar hotel, Alexa mengalami gejala yang dialami oleh perempuan yang sungguhan hamil! Sialnya, Alexa tidak tahu dengan siapa ia tidur malam itu.

Adegan demi adegan yang mereka jalani ternyata malah membuat Juna dan Bara menyukai Alexa. Mereka sama-sama memberi perhatian pada Alexa dan berusaha memperebutkan cinta gadis itu. Namun, ternyata diam-diam sebenarnya hati Alexa sudah ditambatkan pada pria yang terlarang untuk ia cintai

***
Jadi buku ini menceritakan tentang Alexa, si artis pendatang baru yang terpaksa terlibat skandal untuk menaikkan pamor Juna, si sombong yang berada dalam naungan management yang sama yaitu RR management. Skandal itu juga melibatkan seorang caleg, Bara, si Pangeran Artha Cahya. 

Skenario sudah dibuat sedemikiam rupa agar skandal itu terlihat nyata dan ‘hidup’. Namun sebuah masalah muncul yang menjadikan drama itu sungguhan hidup. Tiba-tiba saja, Alexa yang sedang didera stress berat akibat RR Management yang menganggap rendah dirinya, juga tentang masalah cinta terlarangnya dengan sang Kakak Angkat, Arya-- memutuskan untuk mabuk-mabukan disebuah klub.
Ia tak menyadari apa yang menimpanya semalaman, tahu-tahu saja dirinya sudah berada disebuah kamar hotel yang asing baginya.
Setelah kejadian malam itu, Alexa merasakan tanda-tanda yang aneh pada dirinya. Tanda-tanda yang membuat yakin dirinya, kalau ia sedang mengandung.

Alexa semakin stress. Belum lagi, Arya, si Kakak angkat sekaligus cinta pertamanya, didesak untuk segera menikah dengan seorang janda cantik nan tulus, oleh Papanya.

Tak mau mengecewakan Papa yang sudah merawat keduanya, Alexa dan Arya memilih untuk membuang ego masing-masing untuk tidak menghalangi perasaan tak pada tempatnya itu tumbuh lebih jauh. Lagian, Winona—Sang calon istri Arya, juga sudah melakukan banyak hal untuk keluarga mereka, puncaknya saat ia membiayai operasi steam sel Papa Alexa dan Arya juga membiayai operasi Alexa yang ternyata terserang kista ovarium dan bukannya sedang hamil itu.
Belum lagi, masalah yang datang bertubi-tubi menimpa Alexa di kantornya. Dari perhatian yang dilimpahkan Juna dan Bara padanya, apalagi soal perubahan sikap Juna, si cowok tengil yang sekiranya sudah tobat sekarang.

Disatu sisi, Juna jadi berpikir ulang untuk tidak memanfaatkan Alexa untuk sekedar menaikkan pamornya. Sejak Alexa datang ke kosannya, dan meninggalkan finger print itu, entah kenapa, ada perasaan asing yang muncul ke hati cowok yang dikira sudah diisi penuh oleh nama Olivia. Olivia tergeser perlahan, dan kini dihatinya, hanya ada optimisme kuat untuk menjadi terkenal, untuk menjadi sorotan, dan yang terpenting, ia ingin meroket… bersama Alexa. Keduanya sama-sama ingin menjadi The Rising Star.




“Akan sulit memilih dua sinar yang sama terangnya. Kamu butuh sinar redup untuk menonjolkan sisi terangmu.”


Well, secara keseluruhan, konflik yang disediakan disini cukup memuaskan. Diawal-awal, kalian akan dipertemukan dengan segala konflik batin antara Alexa-Arya dan hubungan keduanya. Bagaiman keduanya berusaha keras untuk menekan perasaan itu dalam-dalam dan berjuang hanya demi sang Papa seorang.
Segala cara akan Alexa dan Arya lakukan kalau itu bisa membantu kesembuhan Papa.

Dipertengahan, skenario-skenario pun dimulai. Namun, satu persatu orang yang terlibat didalamnya menyumbangkan masalah kecil. Sedikit saja masalah yang satu orang timbulkan, hasilnya malah akan memperngaruhi keseluruhan alur cerita drama skandal ini.
Sedikit kekurangan dari buku ini mungkin memang hanya masalah typo dan salah sebut nama dibeberapa dialog, juga pemakaian aku-kamu atau gue-elo yang suka berganti-ganti.

Diluar itu semua, ceritanya tetap keren!
Emosi yang dimilik para tokoh tergambar jelas dan tersampaikan secara nyata.
Bagaimana perjuangan Alexa meraih kesuksesan, bagaimana jatuh-bangunnya cewek itu dalam usahanya membahagiakan sang Papa. Dan sedikit banyak, aku juga jadi tahu dunia keartisan, hehe.

Kemudian kisah Bara, yang lagi-lagi menyadarkan aku bahwa cinta itu tak harus memiliki. Yah, mungkin perjuanganmu saja yang kurang Mas, atau situ memang kalah ganteng sama Bang Juna.
Haha. Habisnya aku mau daftar jadi Arjunalovers nih, kak!
Eits! Tapi bukan yang lempar-lempar telur itu ya, mendingan telurnya buat emak dirumah dah.

Nah, salah satu yang bikin mengganjal juga tentang kemunculan Juna yang jaraaannngg banget keluar, malah keseringan Arya. Jadi, wajar aja kalau para pembaca lebih merasakan emosi yang dimilik Arya daripada memperhatikan perubahan sikap Juna.

Dari situ juga, yang bikin orang-orang mengharapkan kalau bakal dibikin sekuelnya yang menceritakan Arya-Winona, bagaimana mereka mempersatukan rumah tangga, bagaimana usaha Winona meggantikan nama Alexa dihati Arya, dan bagaimana Arya menerima segala ketulusan wanita itu.

Tapi kalau sekuel yang aku minta beda loh kak. Aku jelas mengutamakan hubungan Lexa-Juna yang kenapa munculnya sedikit doang dibuku ini  .  Padahal aku menginginkan lebih romantisme Lexa-Juna yang ada dihalaman-halaman akhir . Kan bisa dibuat suka duka mereka menjalankan hubungan dalam dunia keartisan yang dipenuhi gossip sana-sini gituloh Kak



But its okay. Dan terakhir, soal Ending!
Halaman-halaman akhir dibuku ini bikin aku menutupnya dengan senyuman. Ah, betapa ending yang manis untuk mereka semua. (Kecuali Bara yang emang lagi kena sial, belum nemu jodoh). Walaupun alur dari klimaks lalu ke penyelesaian terkesan terburu-buru, tapi aku tetep bisa menikmatinya. Sang penulis menggiring kita pada Ending yang enggak aku duga sebelumnya. Jelas aja! Setiap buku yang temanya percintaan-adek-kakak-tiri pasti diakhiri dengan bersatunya mereka berdua. Tapi disini beda! Gimana enggak senyum-senyum coba aku, si Juna yang udah aku idolakan sejak mata ini menangkap namamu untuk pertama kalinya (ceilah), malah jadinya dengan sang tokoh utama!
 Haha. Bahagia banget. Enggak tahu kenapa ya, tapi aku suka aja sama orang yang diem-dieman diawal cerita, terus berubah perhatian dan ngasih kasih sayang diakhir cerita.

Dan Juna-Lexa juga menjelaskan satu hal padaku, bahwa mereka berdua bukannya bersinar bersama, tapi mereka bersinar untuk sesama. Tanpa Juna, Lexa meredup, begitu juga sebaliknya, mereka saling menerangi, saling memberikan terangnya untuk satu sama lain.
Fakta tentang darah Juna yang mengalir ditubuh Alexa bikin aku tambah senyum lebar. Sadarkah mereka, bahwa mereka memang sudah menjadi The Rising Star bahkan sebelum skandal ini dimulai? Hanya keduanya, yang tak pernah mencoba mencari fakta itu.

Mungkin resensi ini harus kuakhiri, maaf kalau ada kata-kata yang menyinggung dan kurang berkenan.
Wasalam.


“Cinta itu memang bagian hidup kita. Kamu harus bersyukur. Bukan merasa berbeda”