Minggu, 17 Mei 2015

[Resensi Novel] To All The Boys I've Loved Before




Judul: To All the Boys I’ve Loved Before
Penulis: Jenny Han
Genre: Novel Remaja, romance
Cover: Soft cover, 14x20 cm
Halamah: 382 halaman
Terbit:  April 2015
ISBN : 978-602-715-051-5
Harga: Rp. 64.000
Lara Jean menyimpan surat-surat cintanya di sebuah kotak topi pemberian ibunya.
Surat-surat itu bukan surat cinta yang ditujukan untuknya, tapi surat yang ia tulis. Ada satu surat untuk setiap cowok yang pernah  ia cintai—totalnya ada lima pucuk surat. Setiap kali menulis, ia mencurahkan semua perasaannya. Ia menulis seolah-olah mereka tidak akan pernah membacanya karena surat itu memang hanya untuk dirinya sendiri. 
Sampai suatu hari, semua surat-surat rahasianya itu tanpa sengaja terkirimkan—entah oleh siapa.
Saat itu juga, kehidupan cinta Lara Jean yang awalnya biasa-biasa saja menjadi tak terkendali. Kekacauan itu melibatkan melibatkan semua cowok yang pernah ia tulis di surat cintanya—termasuk cinta pertamanya, pacar kakaknya, dan cowok terkeren di sekolah.

***

Pertama tama mau berterimakasih dulu sama @NovelAddict juga @penerbitspring atas hadiah giveaway-nya :* mwaaa

Tahu buku ini duluuu sekali, sebelum diterbitkan spring, Kak Jenny salah satu penulis pernah ngepost di instagram dan aku langsung pengin beli. Yang bikin aku tertarik sama buku ini adalah covernya yang girly sekaliiii. Dan kedua karena sinopsisnya. Itu agak agak mirip denganku sebenarnya.

Kalau Lara Jean lebih keren dengan menulis surat perpisahan surat cinta untuk semua cowok yang pernah disukainya, kalau aku bikin list nama nama cowok yang aku taksir. Dari jaman TK sampe jaman sekarang, dari manusia biasa sampe tokoh kartun dilayar kaca. Yah begitulah masa kecil saya yang dipenuhi dengan segala ke-absurd-an.

Sepertinya pembukaannya sudah panjang sekali dan kita belum masuk ke inti resensi. Oke. Saya memang suka melantur...



Well, sebenarnya buku ini didasari oleh ide yang sangat sederhana. Lara Jean, seperti gadis gadis normal lainnya juga punya cowok cowok yang dulu disukainya. Dia menuliskan surat-surat untuk setiap cowok itu. Surat yang sebenarnya menandakan perasaan yang berhenti tumbuh dihatinya. Setelah selesai, surat itu disimpannya baik-baik di dalam kotak topi pemberian--almarhumah--Ibunya.

Sebenarnya menurutku, cerita benar-benar dimulai bukan saat surat-surat itu terkirim, tapi saat Margot pergi. Serius deh, hubungan keluarga yang dikisahkan disini benar-benar menyentuh. Kepergian Margot--si anak sulung--memang sangat berpengaruh terutama bagi Lara Jean yang ketiban tugas sial jadi kakak tertua dikeluarganya.

Nah, setelah kepergian Margot itu, Lara Jean malah kembali menyadari munculnya perasaan suka pada mantan pacar Kakaknya, Josh. Dan cerita benar-benar bergulir disitu. Kisah percintaan Lara Jean benar-benar terombang-ambing! Keluarganya tanpa Margot juga ikutan terombang ambing!



" You look pretty today. I like you in blue."




Bagaimana kedekatannya dengan Peter berhubungan dengan alasannya menjauhi Josh, dan bagaimana Peter mendekatinya juga menyangku putusnya cowok itu dengan Genevieve--seorang teman lama Lara Jean yang gayanya kayak cabe cabean pinggir jalan tengil banget.


- GENEVIEVE -

                    

Jenny Han mengisahkannya dengan sangat lincah. Meskipun dibagian-bagian akhir cerita terasa dipanjang-panjangkan padahal sedikit lagi sudah menuju akhir, tapi aku benar-benar menikmatinya.
bagaimana progres hubungan Peter K. dan Lara Jean yang terasa murni serta tidak dipaksakan. Maksudnya, adegan unyu-unyu mereka berdua rasanya memang harusnya begitu adanya, tidak terasa dibuat-buat mereka harus dekat dan romantis. Ceritanya sangat mengalir dan bikin kita ikutan senyam senyum setiap adegan Peter-Lara Jean. Sumpah ya, hubungan mereka itu lebih seru dari orang-orang pacaran beneran! 

Peter Kavinsky yang sok kegantengan padahal emang ganteng. Ternyata emang enggak seburuk dengan apa yang orang-orang pikirkan. Cowok ini perhatian banget! Dan omong-omong kayaknya emang punya penyakit STD. Haha.



When you're not paying attention. He Looks at you. To see if you're having a good time."



Aku kurang suka sama sikapnya Lara Jean yang polos-polos-labil-gampang-ditipu sebenernya. Tapi, HEI! ABG ABG masa kini kan emang begitu kerjaannya! Belum pakai galau dipojokan kamar!
Tapi setidaknya Lara Jean sudah cukup membuktikan kegigihannya mengatur keluarga kecilnya tanpa Margot yang bisa memimpinnya lagi.


- LARA JEAN -


Seperti yang sudah kukatakan, adegan kesukaanku jelas saat keluarga Covey berkumpul. Interaksi antar anggota keluarganya membuat warna tersendiri dicerita ini. Kasih sayang antar saudara, juga perpecahan dan solusi menyelesaikannya merupakan bagian paling menarik sebagai bumbu cerita sebenarnya. Dan bukannya masalah surat-surat yang terkirim. Karena ternyata, penyebab surat-surat itu terkirim pun sederhana. Sangat sepele. Sangat sangat tidak gereget pokoknya. Bikin pembaca like... WHAT?? Are you kidding me?? Haha! Karna gitu dong kali?


- MARGOT. LARA JEAN. KITTY."




Dan, soal karakter favorite ku jatuh pada Kitty dan Chris, yeay! 

Disaat semua orang mengagumi Margot yang tegas, dengan segala sifat keibuan plus kepemimpinannya yang besar, aku malah suka Kitty. Kenapa? KENAPA? KENAPAAA? *hos hos*

Bagi yang baca, pasti setuju banget kalo aku bilang si kecil ini adalah bocah yang pantang menyerah. Dari awal sampe akhir cerita, semua orang dikodein supaya dia dibeliin anak anjing. Awww Cutieee.
Kitty juga lumayan bikin iri. Gimana dia mendapatkan seluruh perhatian anggota keluarga, gimana kasih sayang saudari saudarinya, dan. Dan. Dan. Dia disayang semua cogan di novel ini. HAH! Kitty is the luckiest girl in this world!



- KITTY -



Lalu Chris. Well yeah, aku suka orang yang rada-rada frontal gitu. Yang menjalani hidup apa adanya dan tinggal mengikuti arusnya berjalan. Chris adalah orang-paling-enggak-punya-beban yang pernah aku tahu. Chris bener-bener seorang gadis mandiri yang enggak pernah memedulikan komentar orang. Selalu bayangin, kalau ada yang mulai ngejek-ngejek dia, si Chris ini bakal tampar tuh orang sambil teriak teriak GET YOUR LIFE, BITCH! Heheh. Adegan yang lumayan menghibur ternyata.
Tapi disamping itu, Chris ini sebenarnya cuma remaja biasa yang suka gosip sana sini. Bisa dilihat dari kedekatannya dengan Lara Jean, yang kalau kata Gen dua orang yang sama busuknya.
Lara Jean bersahabat dengan cewek unik yang satu ini karena Chris memang pendengar dan pemberi masukan terbaik, kadang kita emang butuh orang jujur di era-era globalisasi saat ini. Dan itu enggak menandakan kalau Lara Jean juga rusak kayak Chris. Sahabat yang hebat tuh ya kayak Chris, udah tau dirinya enggak bener, dan enggak coba-coba ngajak sahabatnya ikutan ke jalan yang sesat *prok prok*


- CHRIS -



Heh, cabe cabean overpede Genevieve, lo kali yang sepupuan sama Chris makanya norma nya anjlok begitu HAHA.



"He looks at you a lot, Lara Jean."



Sejujurnya, yang bikin buku ini spesial juga tak lepas dari footnote nya yang selalu menjelaskan setiap merek yang belum diketahui para remaja Indonesia. Sesuatu yang enggak penting tapi sebenarnya berguna banget untuk menikmati setiap isi cerita. Banyak yang bilang, versi terjemahan lebih kasar dan versi aslinya lebih enjoyable. Yah, nyatanya aku tetap menikmati hingga akhir cerita kok :) Terjemahannya enggak buruk-buruk amat, mudah dimengerti dan enggak menyimpang jauh dari makna aslinya.

Dan soal ending, sebenarnya aku suka kalau dibiarkan menggantung begitu. Tapi kalau akhirnya dibikin sekuel dan mau terbit YA LEBIH SUKA DONG AYYY!
Wah, ini yang harus sabar menuggu-nunggu aksi Lara Jean selanjutnya dalam memperlakukan hatinya, denger- denger John Ambasador Ambrose McClaren bakal muncul lagi! Yak, setelah cuma sekelebat di TATBILB, dia bakal ngambil banyak Scene di P.S I Still Love You
Wah, Om Peter harus rajin rajin berjuang kayaknya dibuku selanjutnya, semangat Om! #TeamPeter




Sempet berencana langsung sabet dari rak toko buku begitu PSISLY sampe ke Indonesia. 
Tapi....
Sebagai anak bangsa yang cinta nusantara, mari bersama-sama hargai sang penerjemah dengan membeli bukunya!
Hei! Sebenernya, lebih milih ikutan Giveaway lagi, sih. Hihi. Dasar munafik.
Maklum, Om, Tante, saya hanya makhluk Tuhan yang memang suka gratisan :p




Daripada masalah buku gratis bakal berbelit-belit, mari kita akhiri resensi ini.
Wasalam