Pengarang : Ginger Elyse Shelley
ISBN : 978-602-8597-79-1
Adelfo bertemu dengan seorang gadis kecil di halaman gereja: Abbey Lee Talbot, seorang gadis yatim piatu yang sedang mengobrol dengan kelinci itu menjadi sahabat karib Adelfo dalam pertemuan-pertemuan langka mereka.
Kisah persahabatan sederhana yang mais dan tulus antara pangeran kecil yang kesepian dan seorang gadis kecil berhati lembut, Keduanya menghantarkan cinta kepada setiap sudut yang mereka lalui; menceriakan istana, membahagiakan anak-anak gereja, dan menyatukan cinta kakak Adelfo dengan Suster Roberta, seorang biarawati yang tinggal di gereja bersama Abbey.
***
Pertama tama mau ngucapin banyak terimakasih untuk Sang Penulis tercinta yang sangat baik hati, cantik dermawan, gemar menabung, rajin berkebun dan suka menabung ini dulu karena dengan ketulusan hatinya telah mengirimkan buku ini ke rumahku.
Sebelum membahas isi bukunya, mau protes sama salah satu kekurangan dari buku ini dulu. Cover bukunya terlalu putih bersih meeennn. Jadinya kan cepet kotor trus keliatan banget gicyuuu :( Buat yang udah biasa begitu dapet buku baru langsung sampul mah tak masalah. Beda dengan diriku yang pemalas ini :(
Diluar bentuk fisik cover buku. Secara keseluruhan cerita Down the Little Abbey ini sangat unyu unyu.
Kisah tentang perkenalan pertama kali antara Abbey dan Bocah Kelinci nya mengantarkan kita pada pertemuan-pertemuan manis berikutnya.
Siapa yang menyangka kalau Abbey si anak aneh--yang suka ngobrol bareng tanaman dan hewan--bakalan jadi sahabat baiknya Adelfo d'Or yang tak lain tak bukan adalah seorang Pangeran Muda dari Negeri nya sendiri. Dan aku cukup ngakak waktu bagian Abbey baru tau siapa jati diri Adelfo sebenarnya.
Setting cerita diambil di Negeri antah berantah yang buat kita seperti lagi baca cerita-cerita dongeng ringan sebelum tidur.
Iya, ini emang cerita ringan. Enggak ada konflik berat sama sekali. Ceritanya murni tentang sebuah persahabatan yang tulus antara dua makhluk Tuhan yang masih polos-polos.
Meski begitu, aku tetep suka alurnya. Buat aku--yang biasa baca novel teen fiction, atau malah thriller--Novel ini lumayan buat penyegaran dan objek mimpi indah malam harinya.
Gaya bahasanya juga mudah dipahami walaupu tetep kayak bahasa terjemahan--bahasa terjemahan kan emang udah ciri khas sang penulis--tapi penyampaiannya jelas. Negeri yang entah berada dimana inipun malah terasa di depan mata. Bermain-main dengan imajinasi kita bagaimana hidup di Istana dan buatku yang cuma ngerti dikit-dikit soal kehidupan gereja pun bisa ngebayangin kehidupan mereka yang penuh suka cita di Gereja.
Dibuku ini penulisnya sangat amat rendah diri sekali. Tapi enggak apa-apa lah, catatan kaki - catatan kakinya itu lumayan menghibur.
Dan.. OH YA! Ini bagian yang paling penting yang sebenernya mau aku bahas di Resesiku kali ini! Soal adegan... Adegan... Adegan.... Pe... Pelembab Bibir Sugarplum.
JIAAAHHH EMANG DEMEN AMA YANG BEGINIAN WUAKAKAK.
Jadi ni ya,menurut Pakar Adegan Romance Novel Remaja. *cielah* Adegan kissing mereka itu romantis sekaliii. Bukan didasari cinta apalagi nafsu belaka. Hati mereka yang masih seputih kertas itu menunjukkan kalau itu ciuman tanda persahabatan. Sensasi yang terjadi saat kejadian juga menunjukkan perasaan lain yang mulai tubuh ditengah ikatan persahabatan mereka. Ciuman itu juga pengekspresian akan tanda sayang satu sama lain yang tak sempat diucap bibir mungil masing-masing.
Kini mari kita beralih ke karakter kedua tokoh utama...
Karena aku baca Wonderworks duluan, jadi pendapatku agak mengacu kesana.
Adelfo d'Or disini ituuuu gimana yaaa... Gombal abieezzz, modus benget diamah. Beda banget sama Pak Guru tukang depresi di Wonderworks.
'Adelfo' dan 'tertawa' itu selalu berada dalam satu kalimat.
Sedangkan di Wonderworks, boro boro ketawa, 'Adelfo tersenyum' aja bisa dihitung pake jariii. Boleh ayuk kita garis bawahi coba.
Jadi yang jelas, disini Adelfo itu anak manizz yang baik hati.
Kedua, Abbey Lee Talbot. Disini, dia enggak jauh beda sama yang di Wonderworks kok, cuma terkesan lebih lembut dan pemalu aja. Trus kebaikan hatinya berkali-kali lipat lebih besarrr. Tetap seperti Abbey Lee Talbot yang selalu siap menyuguhkan bahunya sebagai tempat penampung keluh kesahnya Adelfo. Unyu nya mereka :3
Diluar bentuk fisik cover buku. Secara keseluruhan cerita Down the Little Abbey ini sangat unyu unyu.
Kisah tentang perkenalan pertama kali antara Abbey dan Bocah Kelinci nya mengantarkan kita pada pertemuan-pertemuan manis berikutnya.
Siapa yang menyangka kalau Abbey si anak aneh--yang suka ngobrol bareng tanaman dan hewan--bakalan jadi sahabat baiknya Adelfo d'Or yang tak lain tak bukan adalah seorang Pangeran Muda dari Negeri nya sendiri. Dan aku cukup ngakak waktu bagian Abbey baru tau siapa jati diri Adelfo sebenarnya.
Setting cerita diambil di Negeri antah berantah yang buat kita seperti lagi baca cerita-cerita dongeng ringan sebelum tidur.
Iya, ini emang cerita ringan. Enggak ada konflik berat sama sekali. Ceritanya murni tentang sebuah persahabatan yang tulus antara dua makhluk Tuhan yang masih polos-polos.
Meski begitu, aku tetep suka alurnya. Buat aku--yang biasa baca novel teen fiction, atau malah thriller--Novel ini lumayan buat penyegaran dan objek mimpi indah malam harinya.
Gaya bahasanya juga mudah dipahami walaupu tetep kayak bahasa terjemahan--bahasa terjemahan kan emang udah ciri khas sang penulis--tapi penyampaiannya jelas. Negeri yang entah berada dimana inipun malah terasa di depan mata. Bermain-main dengan imajinasi kita bagaimana hidup di Istana dan buatku yang cuma ngerti dikit-dikit soal kehidupan gereja pun bisa ngebayangin kehidupan mereka yang penuh suka cita di Gereja.
Dibuku ini penulisnya sangat amat rendah diri sekali. Tapi enggak apa-apa lah, catatan kaki - catatan kakinya itu lumayan menghibur.
Dan.. OH YA! Ini bagian yang paling penting yang sebenernya mau aku bahas di Resesiku kali ini! Soal adegan... Adegan... Adegan.... Pe... Pelembab Bibir Sugarplum.
JIAAAHHH EMANG DEMEN AMA YANG BEGINIAN WUAKAKAK.
Jadi ni ya,
Kini mari kita beralih ke karakter kedua tokoh utama...
Karena aku baca Wonderworks duluan, jadi pendapatku agak mengacu kesana.
Adelfo d'Or disini ituuuu gimana yaaa... Gombal abieezzz, modus benget diamah. Beda banget sama Pak Guru tukang depresi di Wonderworks.
'Adelfo' dan 'tertawa' itu selalu berada dalam satu kalimat.
Sedangkan di Wonderworks, boro boro ketawa, 'Adelfo tersenyum' aja bisa dihitung pake jariii. Boleh ayuk kita garis bawahi coba.
Jadi yang jelas, disini Adelfo itu anak manizz yang baik hati.
Kedua, Abbey Lee Talbot. Disini, dia enggak jauh beda sama yang di Wonderworks kok, cuma terkesan lebih lembut dan pemalu aja. Trus kebaikan hatinya berkali-kali lipat lebih besarrr. Tetap seperti Abbey Lee Talbot yang selalu siap menyuguhkan bahunya sebagai tempat penampung keluh kesahnya Adelfo. Unyu nya mereka :3
"When Abbey was knitting, and the prince was asleep.
There suddenly appeared a delicate light of devine.
Upon curiosity, Abbey and the prince touch it.
Then suddenly,
Alittle girl transported into prince's chamber!"
Yang jelas, Novel ini enggak bisa dibaca cuma sekali seumur hidup.
Kalo bisa, tiap malem mau aku baca untuk pengantar tidur.
Dan juga, setelah baca Novel ini, makin semangat cari Au dessus de la tour Eiffel! Lebih gampang dicari kali ya, kan lebih baru terbitannya. Hehe. Semoga aja deh.
Terimakasih telah membaca.
Byeeee....
*Kecup Basah Pipi Adelfo